Kamis, 08 Desember 2016

Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan



BAB II PEMBAHASAN

A.    Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagi aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, megelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro (micro teaching).
Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. Berikut diuraikan delapan keterampilan tersebut dan cara menggunakannya agar tercipta pembelajaran yang kreatif, professional, dan menyenangkan. Urutan penyajian dilakukan sesuai hasil penelitian Turney berkaitan dengan kepentingan dan dominasinya dalam pembelajaran.

1.      Menggunakan Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan
1)      Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar mencakup: pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuhan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan (ke seluruh kelas, ke peserta didik tertentu, dank e peserta didik lain untuk menanggapi jawaban), pemberian waktu berpikir, pemberian tuntutan (dapat dilakukan dengan mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain, menanyakan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, dan mengulangi penjelasan sebelumnya).
a.    Pertanyaan yang jelas dan singkat
Pertanyaan perlu disusun secara jelas dan singkat, serta harus memperhitungkan kemampuan berpikir dan perbendaharaan kata yang dikuasai peserta didik. Usahakan jangan sampai peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan, hanya karena pertanyaan yang panjang dan berbelit-belit.
Coba bandingkan dua pertanyaan di bawah ini:
1.      Anak-anak, diantara kalian yang ada sekarang, siapa yang tadi pagi menyikat gigi dahulu?
2.      Anak-anak, siapa yang tadi pagi tidak menyikat gigi?
Pertanyaan pertama bisa menyulitkan peserta didik, karena terlalu berbelit-belit, dan banyak kata atau kalimat yang diulang; sedangkan pertanyaan kedua lebih sederhana, jelas, tetapi maksudnya sama.
b.   Memberi acuan
Dalam pembelajaran di kelas, sebelum mengajukan pertanyaan, mungkin guru perlu memberikan acuhan berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Melalui acuhan ini dimungkinkan peserta didik mengolah informasi untuk menemukan jawaban yang tepat.
Misalnya:
1.      Binatang ada yang hidup didarat, di air, dan di udara. Coba berikan beberapa contoh binatang yang hidup di udara?
c.    Memusatkan perhatian
Pertanyaan dapat digunakan untuk memusatkan perhatian peserta didik, di samping itu pemusatan perhatian dapat juga dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan tulis, dan tepuk tangan. Pemakaian pertanyaan untuk memusatkan perhatian peseta didik perlu disesuaikan dengan kepentingan pembelajaran.
Misalnya :
1.      Binatang apakah yang hidup di udara? Jawabannya bisa bermacam-macam. Pertanyaan tersebut bisa dipusatkan sebagai berikut;
2.      Binatang apakah yang hidup di udara tetapi kalau siang bergelantungan di pohon?
Pertanyaan kedua, memusatkan perhatian peserta didik terhadap binatang udara yang ketika siang hari bergelantungan di pohon.
d.   Memberi giliran, dan menyebarkan pertanyaan
Untuk melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam pembelajaran, guru  perlu memberi giliran dalam menjawab pertanyaan. Guru hendaknya berusaha agar semua peserta didik mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan. Pemberian giliran dapat menjawab pertanyaan, selain untuk melibatkan peserta didik secara maksimal dalam pembelajaran, juga untuk menumbuhkan keberanian peserta didik, serta untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan. Pemberian gilliran dalam menjawab pertanyaan ini tidak harus selesai dalam satu kali pertemuan, tetapi mungkin dalam dua atau tiga kali pertemuan. Pelaksanaannya dipadukan dengan teknik penyebaran pertanyaan.
Terdapatnya perbedaan antara pemberian giliran dengan penyebaran. Pemberian giliran adalah satu sosial dijawab secara bergiliran oleh beberapa orang peserta didik, sedang penyebaran adalah beberapa pertanyaan yang berbeda disebarkan secara bergiliran dan dijawab oleh peserta didik yang berbeda.
Skenario pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut:
§  Ajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik (kelas)
§  Beri kesempatan berpikir, kemudian tunjuk salah seorang untuk memberi jawban
§  Ajukan jawaban tersebut kepada peserta didik yang lain untuk ditanggapi
§  Ajukan kembali pertanyaan berikutnya
Misalnya:
Guru
:
Dari lima calon yang memenuhi syarat, siapakah yang layak menjadi presiden?
Peserta didik
:
(berpikir sejenak)
Guru
:
Coba kamu Budi?
Budi
:
SBY, Pak.
Guru
:
Bagaimana menurut pendapatmu Ani?
Ani
:
Megawati Pak, karena hanya dia satu-satunya calon perempuan.
dst…



e.    Pemberian kesempatan berpikir
Seperti telah dikemukakan, setelah guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik, perlu memberikan kesempatan berpikir dalam beberapa saat sebelum menunjuk seorang untuk menjawabnya. Kesempatan berpikir diperlukan agar peserta didik dapat merumuskan dan menyusun jawabannya. Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan dengan terlebih dahulu menunjuk peserta didik yang harus menjawabnya. Hal tersebut, selain yang ditunjuk tidak memiliki kesempatan berpikir, peserta didik yang lain. Bisa jadi tidak memperhatikan, karena mereka sudah tahu siapa yang harus menjawab pertanyaan yang diajukan.
f.    Pemberian tuntunan
Dalam menjawab pertanyaan, mungkin peserta didik tidak dapat memberikan jawaban yang tepat, dalam hal ini guru hendaknya memberikan tuntutan menuju suatu jawaban yang tepat. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Mengulangi pertanyaan dengan cara lain, dan bahasa yang lebih sederhana, serta susunan kata yang lebih mudah dipahami peserta didik.
Misalnya:
Guru kelas 1 SD menunjukan lambang bilangan 6 (enam) di papan tulis. Lalu ditanyakan kepada peserta didik, lambang bilangan berapakah ini?
Para peserta didik diam, mungkin lupa. Guru mengajukan pertanyaan lagi sambil memperlihatkan gambaran himpunan yang jumlah anggotanya 6(enam).
Berapakah jumlah anggota himpunan ini?
Para peserta didik serentak menjawab, “enam”.
“Bagus!” (guru memberikan penguatan)
“Jadi, sekarang kalian ingat lambang bilangan berapakah ini?”
“Enam” jawab peserta didik.
Selanjutnya guru menjelaskan bahwa itu adalah lambang angka enam.
2.      Menawarkan pertanyaan lain yang lebih sederhana, dengan jawaban yang dapat menuntun peserta didik menemukan jawaban pertanyaan semula.
Misalnya:
Anak-anak, pada pertemuan yang lalu ibu/bapak telah menjelaskan lambang angka dari 1 (satu) sampai dengan 10 (sepuluh). Melalaui permainan, kita telah berlatih memasang-masangkan “lambang angka” pada himpunan-himpunan, yang anggotanya sama dengan lambang angka tersebut. Untuk mengingat kembali, marilah kita ulangi permainan itu. Guru membuat beberapa himpunan yang anggotanya meliputi 1 (satu) sampai 10 (sepuluh) secara acak, kemudian peserta didik disuruh memasangkan lambang angka yang sesuai dengan himpunan.
2)      Keterampilan Bertanya Lanjutan
Keterampilan bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi: pengubahan tuntutan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi.
a.    Pengubahan tuntunan tingkat kognitif
Pertanyaan yang diajukan dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda, bergantung pada guru dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan peserta didik. Ada pertanyaan yang menuntut proses mental tingkat rendah, ada juga yang menuntut proses mental tingkat tinggi.
Sehubungan dengan itu, guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sisntetis, dan evaluasi. Setiap pertanyaan perlu disesuaikan dengan taraf kemampuan berfikir peserta didik.
Contoh:
Guru menyuruh dua orang peserta didik berdiri di depan kelas, dengan mengacungkan pensil yang seorang berjumlah 5 (lima) dan seorang lainnya berjumlah 7 (tujuh), lalu ajukan pertanyaan kepada kelas.
Guru: Berapakah pensil yang dipegang oleh Ani?
Berapa pensil yang dipegang oleh Yeni?
Siapakah yang memegang pensil lebih banyak?
Berapakah bedanya (selisihnya)?
Pertanyaan pertama dan kedua merupakan pengenalan hanya melihat fakta dan menghitung. Pertanyaan ketiga dan keempat secara sederhana mengungkapkan aspek analisis, sintesis dan evaluasi.
Selanjutnya pokok-pokok pertanyaan yang hendak diajukan selama pembelajaran hendaknya disusun dengan baik, agar guru dapat melaksanakannya secara teratur, dari yang paling mudah atau sederhana menuju yang paling sulit dan kompleks. Pokok-pokok untuk pertanyaan yang telah disiapka, akan membantu guru untuk mengajukan pertanyaan dengan lebih baik. Pokok-pokok pertanyaan tersebut hendaknya memperhatikan materi standard dan pembentukan kompetensi dasar.
b.   Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan. Jangan mengajukan pertanyaan bolak balik dari yang mudah atau yang sederhana kepada yang sukar kemudian kepa yang sukar lagi.
c.    Pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan peserta didik masih kurang tepat. Sedikitnya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, yaitu klarifikasi, meminta peserta didik memberikan alasan, meminta kesepakatan pandangan, meminta ketepatan jawaban, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh, dan meminta jawaban yang lebih kompleks. Ketuju hal tesebut dijelaskan berikut ini.
1.      Klarifikasi
Jika jawaban yang diajukan peserta didik belum begitu jelas, maka guru dapat melacak jawaban peserta didik dengan pertanyaan lanjutan atau pertanyaan lacakan agar peserta didik tesebut mengungkapkan kembali dengan kalimat lain.
Misalnya:
a)      Apakah kamu dapat mengungkapkan kembali dengan kalimat lain?
b)      Apakah kamu dapat mengungkapkannya dengan kalimat yang singkat?
2.      Meminta peserta didik memberikan alasan
Pertanyaan ini diajukan guru untuk meminta peserta didik memberikan alasan terhadap jawaban yang diajukannya. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung jawaban yang telah dikemukakannya.
Misalnya:
a)      Apakah kamu dapat memberikan alasan yang menunjang jawaban tersebut?
b)      Apakah kamu dapat memberikan contoh yang menunjang jawaban tersebut?
c)      Apakah kamu dapat mengajukan bukti yang mendukung jawaban tersebut?
3.      Meminta kesepakatan jawaban
Pertanyaan ini diajukan kepada peserta didik lain untuk memperoleh kesepakatan bersama tentang jawaban yang telah diajukan.
Misalnya:
a)      Apakah kalian dsetuju dengan jawaban Anda?
b)      Siapa yang memiliki pendapat lain?
c)      Siapa yang tidak setuju dengan jawaban tadi?


4.      Meminta ketepatan jawaban
Apabila jawaban yang diajukan peserta didik belum mencapai sasaran yang diharapkan, maka guru dapat mengajukan pertnyaan lanjut untuk memperoleh jawaban yang lebih tepat.
Misalnya:
Guru
:
Siapakah yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia?
Peserta didik
:
Soekarno dan Hatta.
Guru
:
Apakah atas namanya sendiri?
Peserta didik
:
Tidak, tetapi atas nama bangsa Indonesia, dan seterusnya.
5.      Meminta jawaban yang lebih relevan
Jika jawaban yang diajukan oleh peserta didik kurang relevan dengan materi standar, maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh jawaban yang lebih relevan.
Misalnya:
G
:
(Guru baru saja menerangkan masalah banjir yang melanda beberapa wilayah, lalu ia mengajukan pertanyaan kepada peserta didik). Apakah yang menyebabkan terjadinya banjir?
P
:
Penjualan kayu kepada oknum-oknum yang tidak kurang bertanggung jawab.
G
:
Bagaimana hubungan jawabanmu itu dengan banjir yang telah kita bahas tadi? dan seterusnya.
6.      Meminta contoh
Jika jawaban yang diajukan peserta didik belum jelas maksudnya, maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk meminta contoh atau ilustrasi atas jawaban yang diajuaknnya.
Misalnya:
a)      Apakah kamu dapat memberikan contohnya?
b)      Apakah ada peristiwa yang mendukung jawabanmu itu? dll.
7.      Meminta jawaban yang lebih kompleks
Jika jawaban yang diajukan peserta didik masih sederhana, maka guru dapat memberikan pertanyaan lanjutan untuk mempeoleh jawaban yang lebih luas.
Misalnya:
a)      Apakah kamu dapat memberikan jawaban yang lebih luas lagi?
b)      Apakah kamu dapat melengkapi jawabanmu itu? dll.
d.   Mendorong terjadinya interaksi
Untuk mendorong terjadinya interaksi, sedikitnya perlu memperhatikan dua hal berikut.
1.      Pertanyaan hendaknya dijawab oleh seorang peserta didik, tetapi seluruh peserta didik diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman dekatnya.
2.      Guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada peserta didik yang bertanya, janglah dijawab langsung, tetapi dilontarkan kembali kepada seluruh peserta didik untuk dididskusikan. Dengan cara ini, para peserta didik dapat mempelajari cara memberikan komentar yang wajar terhadap pertanyaan temannya.
Seperti halnya pada keterampilan bertanya dasar, dalam keterampilan bertanya lanjutan pun, perlu dievaluasi sampai sejauh yang diharapkan muncul dalam keterampilan ini akan tampak dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (teman atau peserta didik). Diskusi dengan pengamat akan menjadi bhan bertanya lanjutan berikutnya. Karena itu, lakukanlah latihan dengan menggunakan lembaran pengamatan. Pengamatan dapat dilakukan oleh teman sejawat atau jangan ragu-ragu untuk meminta peserta didik untuk mengamati kemampuan mengajar anada.

2.      Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakuakan secara verbal dan nonverbal, dan menghindari penggunaan respon yang negative. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian; seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedang secara nonverbal dapat dilakukan dengan; gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenagkan. Penguatan bertujuan untuk:
1.      Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran.
2.      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3.      Meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif
Pengutan dapat ditunjukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu, dan kepada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan harus dilakukan dengan segera, dan bervariasi. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam memberi penguatan.
1.      Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh.
2.      Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi yang diberi penguatan.
3.      Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peseta didik.
4.      Penguatan harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan.
5.      Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi

3.      Mengadakan Variasi

Mengadakan variasi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi motivasi belajar pseserta didik, serta mengurangi kejuenuhan dan kebosanan.
Variasi dalam pembelajaran bertujuan:
1.      Meningkatan perhatian peserta didik terhadap materi standar relevan,
2.      Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik, terhadap berbagai hal baru dalam pemeblajaran;
3.      Memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran
4.      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokan menjadi empat  bagian yakni variasi dalam gaya belajar mengajar, variasi dalam penggunaaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan.
Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dalam berbagai cara sebagai berikut:
§  Variasi suara: rendah, tinggi, besra, kecil.
§  Memusatkan perhatian.
§  Membuat kesenyapan sejenak( diam sejenak)
§  Mengadakan kontak pandang dnegan peserta didik
§  Variasi gerakan badab dan mimik
§  Mengubah posisi: misalnya dari depan kelasm berkeliling di tengah kelas, dan kebelakang kelas, tetapi jangan mengganggu suasana pembelajran.
Variasi dalam penggunaaan media dan sumber belajar dapat dilakukan sebagai berikut:
§  Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
§  Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
§  Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
§  Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Variasi dalam pola interaksi dapat dialkukan sebagai berikut:
§  Variasi dalam pengelompokan peserta didik:  klasikal, kelompok besarm kelompok kecil, perorangan,.
§  Variasi tempat kegiaatan pemeblajaran: dikelas kelas dan di luar  kelas.
§  Variasi dalam pola pengaturan guru: Seorang guru dan tim.
§  Variais dalam pengaturan hubungan guru dan peserta didik: langsung( tatap muka, dan melalui media).
§  Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran: terbuka dna tertutup
§  Variasi dalam pengorganisasian pesan: deduktif dan induktif
·         Variasi dalam pengolahan pesan: ekspositori dan heuristik atau hipotetik.
Variasi dalam kegiatan pemebelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:
§  Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran
§  Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar
§  Variais dalam pemberian contoh dan ilustrasi
§  Variasi dalam interaksi

4.      Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dnegan wkatu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru mengingat sebagian besar pembelajaran menunut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menejlaskan perlu ditingkatan agar dapat mencapai hasil yang optimal.


Terdapat beberapa prinsip yang harus dieprhatikan dalam memberikan suatu penjelasan:
§  Penjelasan dapat diberikan selama pembelajran, baik di awal, tengah, maupun di akhir pembelajarn.
§  Penjelasan harus dapat menarik perhatian peserta didik dan sesuai materi, standar dan kompetensi dasar.
§  Penjelasan dapat diberikan unutk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelasan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk komtensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
§  Materi yang dijelaskan harus sesuai dnegna kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
§  Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan . Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Perencanaan
Guru perlu membuat suatu perencanaan yang baik untuk memberikan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan peserat didik.
Yang berhubungan dengan isi pesan( materi standar):
§  Tentukan garis besar materi yang akan dijelaskan
§  Susunanlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang mudah diapahami peserta didik
§  Siapakah alat peraga unutk memberikan contoh(ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang akan dijelaskan.
Yang berhubungan dengan peserta didik:
Memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang akan menerima penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya, dan penegtahuan dasar apa yang telah dimilikinya. Ketika merencanakan penjelasan harus suadah terbayang kondisi perima pesan, karena penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemmapuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.
2.      Penyajian
Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diaharapkan, dalam penyajiannya perlu dieprhatikan hal-hal sebagai berikut:
§  Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak di dengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan,tapi dapat di dnegar oleh seluruh peserta didik.
§  Gunakanlah intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan.
§  Gunakalah bahasa indonesi yang baik dan benar, serat dihindarrkan serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu”,  “mm” , “ya ya ya”, “ya toh”( hal ini perlu dilatih dan dibiasakan).
§  Bila ada istilah-istilah khusus  atau baru, berikanlah definisi yang tepat.
§  Perhatikanlah, apakah peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar mereka.
Selain hal-hal diatas, terdapat dua pola yang memiliki efektivitas dalam menghubungkan contoh dan dalil yaitu:
§  Pola induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil (rumus)
§  Pola deduktif, yaitu hukum, rumus atau generalissi dikemukakan terlebih dahulu, kemudian diberikan contoh-contoh secara rinci untuk memperjelas hukum, rumus, atau generalisasi yang telah dikemukakan.
Pola yang digunakan bergantung pada materi pembelajaran, kemamapuan, usia, dan latar belakang kemampuan peserta didik tentang pembelajaran tersebut. Dalam penggunaan dalil dan contoh ini, ada kata-kata khusus yang biasa digunakan sebagai kata-kata penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus. Untuk mengkaitkan ide utama dan yang kurang penting digunakan kata-kata: jika....maka, walaupun begitu, sehingga, sementara itu, dalam pada itu, juga, karena, sebab, dan sebagainya. Untuk menghubungkan ide-ide yang sama pentingnya, digunakan kata-kata, seperti sementara itu, dalam pada itu, juga, selanjutnya, hanya, oleh karena itu, jadi, atau akibatnya. Dengan istilah-istilah tersebut, guru tidak hanya memperjelas penyajian, tetapi sekaligus menekankan keterkaitan atau menunjukan hubungan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam memberikan penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa sesuai dengan materi yang dijelaskan. Dalam pada itu perlu ada variasi dalam memberikan tekanan, perlu pula membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang memberikan arah atau tujuan utama sajian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
§  Memberikan ikhtisar dan pengulangan
§  Menguraikan atau mengatakan dengan kalimat lain tentang jawaban yang diberikan peserta didik
§  Memberikan tanda atau isyaarat lisan, seperti pertama, kedua, dan sebagainya.
Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik, apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenagkan, atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Untuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan dan berilah kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan balikan tersebut, guru perlu menyesuaikan penyajian pembelajaran. Misalnya mengurangi kecepatan bicara, menambah contoh atau ilustrasi, mengadakan pengulangan terhadap hal-hal yang penting, dan mengadakan variasi dengan teknik-teknik yang lain untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran.

5.      Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiripembelajaran. Agar kegiatan tersebut memberika sumbangan yang berarti terhadap pencapaan tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara profesional.
Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran, antara lain dapat dikemukakan sebagai yang berikut.
§  Membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Hasil penelitian menujukkan bahwa “terdapat perbedaan yang berarti antara tujuan pembelajaran yang diberitahukan kepada peserta didik dengan yang tidak”. Oleh karena itu dalam membuka pelajaran hendaknya guru memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang akan disajikannya.
§  Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelasaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan tugas.
§  Peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang akan diambil dalam mempelajari materi pembelajaran dan mencapai tujuan yang dirumuskan.
§  Peserta didik memahami hubungan antara bahan-bahan atau pengalaman yang telah dimilikinya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
§  Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip, atau generalisasi dalam suatu peristiwa pembelajaran.
§  Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap bahan yang dipelajari sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau keefektifan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan di sajikan. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai yang berikut.
§  Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.
§  Menyampaikan tujuan yang akan di capai dan garis besar materi yang akan dipelajari ( dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama peserta didik ).
§  Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
§  Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai denga materi yang disajikan.
§  Mengajukan pertanyaan baik untuk mengetahui peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajahi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Menutup pelajran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui encapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai yang berikut.
§  Menarik kesimpulan mengenai materi yang dipelajari ( kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas permintaan guru, atau oleh peserta didik  bersama guru).
§  Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tinngkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
§  Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari, dan tugas-tugas yang harus dikerjakan ( baik tugas individual maupun tugas kelompok ) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari.
§  Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
Agar kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil  guna perlu dierhatikan komponen-komponen yang terkait didalamnya. Komponen-kompponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran meliputi: menark minat peserta didik, membangkit motivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan.
1.      Menarik perhatian peserta didik
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian peserta didik terhadap pelajaran yang akan disajkan. Antara lain dapat dilakukan melalui gaya mengajar uru, menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi, dan mengguanakan pola interaksi belajar-mengajar yang bervariasi. Ketiga hal tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan tentang kemampun mengadakan variasi.
2.      Membangkitkan motivasi
Paling sedikit terhadap empat cara yang dapat dilakukan guru untuk membngkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu : kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu. Mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat belajar peserta didik.
a.       Kehangatan dan semangat
Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan mtivasi belajar, rasa senang, dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
b.      Membangkitkan rasa ingin tahu
Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri setiap peserta didik, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain bercerita, yanng menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan (misalnya bercerita tentang keingin rakyat aceh untuk referendum), mendemonstrasikan suatu peristiwa (misalnya menaruh sepirtus diatas asbak dan menaruh air, serta menyalakan api diatasnya). Kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan peserta didik berbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. Kegiatan semacam ini akan sangat efektif untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
c.       Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide yang bertentangan dapat dikemukakan guru sekolah dasar pada semua tingkat kelas. Ide dan pertanyaan yang dikemukakan perlu disesuaikan dengan tingkat kelas. Misalnya di kelas III atau di kelas I guru mengemukakan tentang “keluarga kecil keluarga bahagia”, kemudian mengajukan pertanyaan: “mengapa masih banyak orang yang tidak mau mengikuti program keluarga berencana (KB)?”
d.      Memperhatikan minat belajar peserta didik
Agar proses pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, maka apa yang disajikan harus sesuai dengan minat peserta didik. Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual, sulit bagi guru untuk memperhatikan minat setiap peserta didiknya, karena setiap peserta didik akan memiliki minat yang berbeda dengan peserta didik lainnya. Namun demikian ada minat-minat umum yang dapat diperhatikan guru sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya (seperti usia, jenis kelamin, lingkungan, adat, budaya dan status sosial ekonomi masyarakat pada umumnya). Agar guru dapat mengajar dengan memperhatikan minat belajar peserta didik, maka perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut. Misalnya, mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di lingkungannya atau adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya (indigenous education).


3.      Memberikan acuan
Abimanyu dan Raka Joni (1982) mengemukakan bahwa memberi acuan adalah usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pembelajaran.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memberikan acuan dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah-masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
a.       Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
Sebagaimana dikemukakan, untuk memulai pelajaran guru hendaknya mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta didik, agar mereka memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
b.      Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
Pada awal pembelajaran atau pada saat-saat tertentu selama pembelajaran, peserta didik akan terarah cara belajarnya atau dalam mengerjakan tugas-tugas, jika guru senantiasa memberikan saran-saran mengenai langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh terlebih dahulu, atau dengan melakukan suatu demonstrasi.
c.       Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya, guru mengingatkan peserta didik untuk menemukan hal-hal yang positif dan sifat-sifat mengenai suatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar dan sebagainya. Selain hal-hal yang positif, peserta didik perlu pula diingatkan untuk menemukan hal-hal yang negative, yang hilang atau yang kurang lengkap.
d.      Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelum menjelaskan materi pembelajaran akan mengarahkan peserta didik terhadap isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, sebelum dijelaskan bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami terjadinya penguapan.
4.      Membuat kaitan
Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru dapat melakukannya dengan menghubungkan antara materi yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik (pengetahuan siap). Di samping itu perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat, dan kebutuhan peserta didik.
§  Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:
§  Mengajukan pertanyaan apersepsi
§  Mengulas sepintas garis besar isi pelajaran yang telah lalu
§  Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik
§  Menghubung-hubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan, misalnya itik, ayam, burung, dapat dihubungkan satu sama lain untuk mengajarkan tentang unggas.
Menutup pelajaran dilakukan pada akhir setiap pelajaran. Sebagimana halnya dengan membuka pelajaran, menutup pelajaranpun perlu dilakukan secara professional, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan. Untuk kepentingan tersebut kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk menutup pelajaran antara lain dengan meninjau kembali materi yang telah diajarkan, mengadakan evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap bahan yang telah diajarkan.


a.       Meninjau kembali
Meninjau kembali pelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan dengan cara merangkum inti pelajaran atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan pokok-pokok materi yang telah disajikan. Kegiatan merangkum dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru, oleh guru, atau oleh peserta didik bersama guru.
b.      Mengevaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakukan dan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, untuk memberikan penilaian terhadap peserta didik dan juga sebagai balikan untuk memperbaiki program pembelajaran.
c.       Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan. kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Demikian uraian mengenai keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dikuasai guru, untuk meningkatkan kemampuan tersebut harus berlatih secara efektif dan sistematis. Sebagai pengamat, guru dapat meminta bantuan teman sejawat atau para peserta didik dengan diberi penjelasan dan pengertian seperlunya. Pada akhir pembelajran guru dapat membuka forum diskusi dengan para pengamat, demi kemajuan dan peningkatan kemampuannya, guru tidak usah malu-malu untuk mendapat kritikan dari orang lain, termasuk dari para peserta didik. Pada awalnya mungkin guru merasa canggung dan kaku, tetapi kalau sudah merupakan kebiasaan akan menjadi sesuatu yang menyenangkan.

6.      Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut, (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topic diskusi, (2) memperluas masalah atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi.
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
§  Melibatkan sekitar 3 sampai 5 orang peserta dalam setiap kelompok
§  Berlangsung secara informal, sehingga setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan orang lain
§  Memiliki tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok.
§  Berlangsung secara sistematis
Melalui diskusi kelompok kecil dalam pembelajaran, memungkinkan peserta didik:
§  Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah.
§  Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran
§  Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
§  Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi
§  Membina kerja sama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.
Untuk menyukseskan jalannya diskusi kelompok kecil, terdapat beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin diskusi, sebagai berikut.
1.      Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara (a) merumuskan tujuan diskusi secara jelas, (b) merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, (c) manandai hal-hal yang tidak relevan dengan topik diskusi, (d) merangkum hasil pembicaraan.
2.      Memperjelas masalah atau urunan pendapat melalui (a) menguraikan kembali dan merangkum pendapat peserta, (b) mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok tentang pendapat setiap anggota
3.      Menguraikan setiap gagasan anggota kelompok
4.      Meningkatkan urunan peserta didik dengan cara: (a) mengajukan pertanyaan kunci yang menantaang, (b) memberi contoh secara tepat, (c) menghanyatkan suasana dengan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat, (d) memberikan waktu berfikir, (e) mendengarkan dengan penuh perhatian
5.    Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, melalui (a) memancing pendapat peserta yang kurang berpartisipasi, (b) memberikan kesempatan pertama kepada peserta yang kurang berpartisipasi, (c) mencegah terjadinya monopoli pembicaraa, (d) mendorong peserta didik untuk mengomentari pendapat temannya, (e) meminta pendapat peserta didik ketika terjadi kebuntuan
6.    Menutup kegiatan diskusi, dengan cara: (a) merangkum hasil diskusi, (b) tindak lanjut, (c) menilai proses diskusi yang telah dilakukan.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru, agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara evektif dalam pembelajaran adalah (a) topik yang sesuai, (b) pembentukan kelompok secara tepat, (c) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif.

7.      Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelolaan kelas adalah (1) kehanyatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif dan (6) penanaman disiplin diri.
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut.
1.      Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal
a.       Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara saksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas
b.      Membagi perhatian secara visual dan verbal
c.       Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.
d.      Memberi petunjuk yang jelas
e.       Memberi teguran secara bijaksana
f.       Memberi penguatan ketika diperlukan
2.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
a.       Modifikasi prilaku
§  Mengajarkan prilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
§  Meningkatkan prilaku yang baik melalui penguatan
§  Mengurangi prilaku buruk dengan hukuman
b.      Pengelolaan kelompok dengn cara (1) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, (2) menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
c.       Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
§  Pengabaian yang direncanakan.
§  Campur tangan dengan isyarat
§  Mengawasi secara ketat
§  Mengakui perasaan negatif peserta didik
§  Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaanya.
§  Menjauhkan benda-benda yang dapat menggangu konsentrasi.
§  Menyusun kembali program belajar.
§  Menghilangkan ketengan dengan humor.
§  Mengekang secara fisik.

8.      Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainya.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan,
§  Mengembangkan keterampilan dalam perorganisasian, dengan memberikan motifasi dan membuat variasi dalam memberikan tugas.
§  Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencangkup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
§  Perencanaan penggunaan ruangan
§  Pemberian tugas yang jelas, menantang, dan menarik
Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan, di antaranya keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, megelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.

B.     Saran

Dari materi diatas diharap pembaca terutama guru mengganti cara pembelajaran yang membosankan  menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif. Agar siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk terus belajar.

DAFTAR PUSTAKA

E Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muh Yusri. (19 November 2011). Guru Profesional dalam Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. http://yusrikeren85.blogspot.co.id/2011/11/guru-profesionalisme-dalam-menciptakan.html.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar