BAB II PEMBAHASAN
A. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
Pembelajaran
merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagi aspek yang saling
berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan
menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan. Di antaranya adalah
keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Keterampilan
mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai
integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney
(1973) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi
penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil, megelola kelas, serta mengajar kelompok
kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus
utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya
melalui pembelajaran mikro (micro
teaching).
Setiap
keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri.
Berikut diuraikan delapan keterampilan tersebut dan cara menggunakannya agar
tercipta pembelajaran yang kreatif, professional, dan menyenangkan. Urutan
penyajian dilakukan sesuai hasil penelitian Turney berkaitan dengan kepentingan
dan dominasinya dalam pembelajaran.
1. Menggunakan Keterampilan Bertanya
Keterampilan
bertanya sangat sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru
dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan
guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
Keterampilan
bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan
keterampilan bertanya lanjutan
1) Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan
bertanya dasar mencakup: pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuhan,
pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan (ke seluruh
kelas, ke peserta didik tertentu, dank e peserta didik lain untuk menanggapi
jawaban), pemberian waktu berpikir, pemberian tuntutan (dapat dilakukan dengan
mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain, menanyakan dengan pertanyaan yang
lebih sederhana, dan mengulangi penjelasan sebelumnya).
a.
Pertanyaan yang jelas dan singkat
Pertanyaan
perlu disusun secara jelas dan singkat, serta harus memperhitungkan kemampuan
berpikir dan perbendaharaan kata yang dikuasai peserta didik. Usahakan jangan
sampai peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan, hanya karena pertanyaan
yang panjang dan berbelit-belit.
Coba bandingkan dua
pertanyaan di bawah ini:
1.
Anak-anak, diantara kalian yang ada
sekarang, siapa yang tadi pagi menyikat gigi dahulu?
2. Anak-anak,
siapa yang tadi pagi tidak menyikat gigi?
Pertanyaan pertama bisa menyulitkan
peserta didik, karena terlalu berbelit-belit, dan banyak kata atau kalimat yang
diulang; sedangkan pertanyaan kedua lebih sederhana, jelas, tetapi maksudnya
sama.
b.
Memberi acuan
Dalam
pembelajaran di kelas, sebelum mengajukan pertanyaan, mungkin guru perlu
memberikan acuhan berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi
yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Melalui acuhan ini dimungkinkan
peserta didik mengolah informasi untuk menemukan jawaban yang tepat.
Misalnya:
1.
Binatang ada yang hidup didarat, di air,
dan di udara. Coba berikan beberapa contoh binatang yang hidup di udara?
c.
Memusatkan perhatian
Pertanyaan
dapat digunakan untuk memusatkan perhatian peserta didik, di samping itu
pemusatan perhatian dapat juga dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan
tulis, dan tepuk tangan. Pemakaian pertanyaan untuk memusatkan perhatian peseta
didik perlu disesuaikan dengan kepentingan pembelajaran.
Misalnya :
1.
Binatang apakah yang hidup di udara?
Jawabannya bisa bermacam-macam. Pertanyaan tersebut bisa dipusatkan sebagai
berikut;
2. Binatang
apakah yang hidup di udara tetapi kalau siang bergelantungan di pohon?
Pertanyaan kedua, memusatkan perhatian
peserta didik terhadap binatang udara yang ketika siang hari bergelantungan di
pohon.
d.
Memberi giliran, dan menyebarkan
pertanyaan
Untuk
melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam pembelajaran, guru perlu memberi giliran dalam menjawab
pertanyaan. Guru hendaknya berusaha agar semua peserta didik mendapat giliran
dalam menjawab pertanyaan. Pemberian giliran dapat menjawab pertanyaan, selain
untuk melibatkan peserta didik secara maksimal dalam pembelajaran, juga untuk
menumbuhkan keberanian peserta didik, serta untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang menyenangkan. Pemberian gilliran dalam menjawab pertanyaan
ini tidak harus selesai dalam satu kali pertemuan, tetapi mungkin dalam dua
atau tiga kali pertemuan. Pelaksanaannya dipadukan dengan teknik penyebaran
pertanyaan.
Terdapatnya
perbedaan antara pemberian giliran dengan penyebaran. Pemberian giliran adalah
satu sosial dijawab secara bergiliran oleh beberapa orang peserta didik, sedang
penyebaran adalah beberapa pertanyaan yang berbeda disebarkan secara bergiliran
dan dijawab oleh peserta didik yang berbeda.
Skenario pelaksanaannya
dapat dilakukan sebagai berikut:
§
Ajukan pertanyaan kepada seluruh peserta
didik (kelas)
§
Beri kesempatan berpikir, kemudian
tunjuk salah seorang untuk memberi jawban
§
Ajukan jawaban tersebut kepada peserta
didik yang lain untuk ditanggapi
§
Ajukan kembali pertanyaan berikutnya
Misalnya:
Guru
|
:
|
Dari lima
calon yang memenuhi syarat, siapakah yang layak menjadi presiden?
|
Peserta didik
|
:
|
(berpikir
sejenak)
|
Guru
|
:
|
Coba kamu Budi?
|
Budi
|
:
|
SBY, Pak.
|
Guru
|
:
|
Bagaimana
menurut pendapatmu Ani?
|
Ani
|
:
|
Megawati Pak,
karena hanya dia satu-satunya calon perempuan.
|
dst…
|
|
|
e.
Pemberian kesempatan berpikir
Seperti
telah dikemukakan, setelah guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta
didik, perlu memberikan kesempatan berpikir dalam beberapa saat sebelum
menunjuk seorang untuk menjawabnya. Kesempatan berpikir diperlukan agar peserta
didik dapat merumuskan dan menyusun jawabannya. Jangan sekali-kali mengajukan
pertanyaan dengan terlebih dahulu menunjuk peserta didik yang harus
menjawabnya. Hal tersebut, selain yang ditunjuk tidak memiliki kesempatan
berpikir, peserta didik yang lain. Bisa jadi tidak memperhatikan, karena mereka
sudah tahu siapa yang harus menjawab pertanyaan yang diajukan.
f.
Pemberian tuntunan
Dalam menjawab
pertanyaan, mungkin peserta didik tidak dapat memberikan jawaban yang tepat,
dalam hal ini guru hendaknya memberikan tuntutan menuju suatu jawaban yang
tepat. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Mengulangi pertanyaan dengan cara lain,
dan bahasa yang lebih sederhana, serta susunan kata yang lebih mudah dipahami
peserta didik.
Misalnya:
Guru kelas 1 SD
menunjukan lambang bilangan 6 (enam) di papan tulis. Lalu ditanyakan kepada
peserta didik, lambang bilangan berapakah ini?
Para peserta didik
diam, mungkin lupa. Guru mengajukan pertanyaan lagi sambil memperlihatkan
gambaran himpunan yang jumlah anggotanya 6(enam).
Berapakah jumlah
anggota himpunan ini?
Para peserta didik
serentak menjawab, “enam”.
“Bagus!” (guru
memberikan penguatan)
“Jadi, sekarang kalian
ingat lambang bilangan berapakah ini?”
“Enam” jawab peserta
didik.
Selanjutnya guru
menjelaskan bahwa itu adalah lambang angka enam.
2.
Menawarkan pertanyaan lain yang lebih
sederhana, dengan jawaban yang dapat menuntun peserta didik menemukan jawaban
pertanyaan semula.
Misalnya:
Anak-anak, pada
pertemuan yang lalu ibu/bapak telah menjelaskan lambang angka dari 1 (satu)
sampai dengan 10 (sepuluh). Melalaui permainan, kita telah berlatih
memasang-masangkan “lambang angka” pada himpunan-himpunan, yang anggotanya sama
dengan lambang angka tersebut. Untuk mengingat kembali, marilah kita ulangi
permainan itu. Guru membuat beberapa himpunan yang anggotanya meliputi 1 (satu)
sampai 10 (sepuluh) secara acak, kemudian peserta didik disuruh memasangkan
lambang angka yang sesuai dengan himpunan.
2) Keterampilan Bertanya Lanjutan
Keterampilan
bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar.
Keterampilan bertanya lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi: pengubahan
tuntutan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak,
dan peningkatan terjadinya interaksi.
a.
Pengubahan tuntunan tingkat kognitif
Pertanyaan
yang diajukan dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda, bergantung pada
guru dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan peserta didik. Ada pertanyaan
yang menuntut proses mental tingkat rendah, ada juga yang menuntut proses
mental tingkat tinggi.
Sehubungan
dengan itu, guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang
hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain, seperti
pemahaman, penerapan, analisis, sisntetis, dan evaluasi. Setiap pertanyaan
perlu disesuaikan dengan taraf kemampuan berfikir peserta didik.
Contoh:
Guru
menyuruh dua orang peserta didik berdiri di depan kelas, dengan mengacungkan
pensil yang seorang berjumlah 5 (lima) dan seorang lainnya berjumlah 7 (tujuh),
lalu ajukan pertanyaan kepada kelas.
Guru:
Berapakah pensil yang dipegang oleh Ani?
Berapa
pensil yang dipegang oleh Yeni?
Siapakah
yang memegang pensil lebih banyak?
Berapakah bedanya
(selisihnya)?
Pertanyaan
pertama dan kedua merupakan pengenalan hanya melihat fakta dan menghitung.
Pertanyaan ketiga dan keempat secara sederhana mengungkapkan aspek analisis,
sintesis dan evaluasi.
Selanjutnya
pokok-pokok pertanyaan yang hendak diajukan selama pembelajaran hendaknya disusun
dengan baik, agar guru dapat melaksanakannya secara teratur, dari yang paling
mudah atau sederhana menuju yang paling sulit dan kompleks. Pokok-pokok untuk
pertanyaan yang telah disiapka, akan membantu guru untuk mengajukan pertanyaan
dengan lebih baik. Pokok-pokok pertanyaan tersebut hendaknya memperhatikan
materi standard dan pembentukan kompetensi dasar.
b.
Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan
yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks
secara berurutan. Jangan mengajukan pertanyaan bolak balik dari yang mudah atau
yang sederhana kepada yang sukar kemudian kepa yang sukar lagi.
c.
Pertanyaan pelacak
Pertanyaan
pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan peserta didik masih kurang tepat.
Sedikitnya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, yaitu klarifikasi, meminta
peserta didik memberikan alasan, meminta kesepakatan pandangan, meminta
ketepatan jawaban, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh, dan
meminta jawaban yang lebih kompleks. Ketuju hal tesebut dijelaskan berikut ini.
1.
Klarifikasi
Jika
jawaban yang diajukan peserta didik belum begitu jelas, maka guru dapat melacak
jawaban peserta didik dengan pertanyaan lanjutan atau pertanyaan lacakan agar
peserta didik tesebut mengungkapkan kembali dengan kalimat lain.
Misalnya:
a)
Apakah kamu dapat mengungkapkan kembali
dengan kalimat lain?
b)
Apakah kamu dapat mengungkapkannya
dengan kalimat yang singkat?
2.
Meminta peserta didik memberikan alasan
Pertanyaan
ini diajukan guru untuk meminta peserta didik memberikan alasan terhadap
jawaban yang diajukannya. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung jawaban yang
telah dikemukakannya.
Misalnya:
a)
Apakah kamu dapat memberikan alasan yang
menunjang jawaban tersebut?
b)
Apakah kamu dapat memberikan contoh yang
menunjang jawaban tersebut?
c)
Apakah kamu dapat mengajukan bukti yang
mendukung jawaban tersebut?
3.
Meminta kesepakatan jawaban
Pertanyaan
ini diajukan kepada peserta didik lain untuk memperoleh kesepakatan bersama
tentang jawaban yang telah diajukan.
Misalnya:
a)
Apakah kalian dsetuju dengan jawaban
Anda?
b)
Siapa yang memiliki pendapat lain?
c)
Siapa yang tidak setuju dengan jawaban
tadi?
4.
Meminta ketepatan jawaban
Apabila
jawaban yang diajukan peserta didik belum mencapai sasaran yang diharapkan,
maka guru dapat mengajukan pertnyaan lanjut untuk memperoleh jawaban yang lebih
tepat.
Misalnya:
Guru
|
:
|
Siapakah yang
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia?
|
Peserta didik
|
:
|
Soekarno dan
Hatta.
|
Guru
|
:
|
Apakah atas
namanya sendiri?
|
Peserta didik
|
:
|
Tidak, tetapi
atas nama bangsa Indonesia, dan seterusnya.
|
5.
Meminta jawaban yang lebih relevan
Jika
jawaban yang diajukan oleh peserta didik kurang relevan dengan materi standar,
maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh jawaban yang
lebih relevan.
Misalnya:
G
|
:
|
(Guru baru
saja menerangkan masalah banjir yang melanda beberapa wilayah, lalu ia
mengajukan pertanyaan kepada peserta didik). Apakah yang menyebabkan
terjadinya banjir?
|
P
|
:
|
Penjualan kayu
kepada oknum-oknum yang tidak kurang bertanggung jawab.
|
G
|
:
|
Bagaimana
hubungan jawabanmu itu dengan banjir yang telah kita bahas tadi? dan
seterusnya.
|
6.
Meminta contoh
Jika
jawaban yang diajukan peserta didik belum jelas maksudnya, maka guru dapat
mengajukan pertanyaan lanjutan untuk meminta contoh atau ilustrasi atas jawaban
yang diajuaknnya.
Misalnya:
a)
Apakah kamu dapat memberikan contohnya?
b)
Apakah ada peristiwa yang mendukung
jawabanmu itu? dll.
7.
Meminta jawaban yang lebih kompleks
Jika
jawaban yang diajukan peserta didik masih sederhana, maka guru dapat memberikan
pertanyaan lanjutan untuk mempeoleh jawaban yang lebih luas.
Misalnya:
a)
Apakah kamu dapat memberikan jawaban
yang lebih luas lagi?
b)
Apakah kamu dapat melengkapi jawabanmu
itu? dll.
d.
Mendorong terjadinya interaksi
Untuk
mendorong terjadinya interaksi, sedikitnya perlu memperhatikan dua hal berikut.
1.
Pertanyaan hendaknya dijawab oleh
seorang peserta didik, tetapi seluruh peserta didik diberi kesempatan singkat
untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman dekatnya.
2.
Guru hendaknya menjadi dinding pemantul.
Jika ada peserta didik yang bertanya, janglah dijawab langsung, tetapi
dilontarkan kembali kepada seluruh peserta didik untuk dididskusikan. Dengan
cara ini, para peserta didik dapat mempelajari cara memberikan komentar yang
wajar terhadap pertanyaan temannya.
Seperti halnya pada keterampilan
bertanya dasar, dalam keterampilan bertanya lanjutan pun, perlu dievaluasi
sampai sejauh yang diharapkan muncul dalam keterampilan ini akan tampak dari
hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (teman atau peserta didik).
Diskusi dengan pengamat akan menjadi bhan bertanya lanjutan berikutnya. Karena
itu, lakukanlah latihan dengan menggunakan lembaran pengamatan. Pengamatan
dapat dilakukan oleh teman sejawat atau jangan ragu-ragu untuk meminta peserta
didik untuk mengamati kemampuan mengajar anada.
2. Memberi Penguatan
Penguatan
(reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat
dilakuakan secara verbal dan nonverbal, dan menghindari penggunaan respon yang
negative. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian; seperti
bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedang secara nonverbal
dapat dilakukan dengan; gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan
jempol, dan kegiatan yang menyenagkan. Penguatan bertujuan untuk:
1. Meningkatkan
perhatian peserta didik terhadap pembelajaran.
2. Merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar.
3. Meningkatkan
kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif
Pengutan
dapat ditunjukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu, dan kepada
kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan harus dilakukan dengan
segera, dan bervariasi. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan guru dalam memberi penguatan.
1. Penguatan
harus diberikan dengan sungguh-sungguh.
2. Penguatan
yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi yang diberi
penguatan.
3. Hindarkan
respon negatif terhadap jawaban peseta didik.
4. Penguatan
harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan.
5. Penguatan
yang diberikan hendaknya bervariasi
3. Mengadakan Variasi
Mengadakan
variasi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran,
untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun dan penuh
partisipasi. Variasi dalam pembelajran adalah perubahan dalam proses kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi motivasi belajar pseserta didik,
serta mengurangi kejuenuhan dan kebosanan.
Variasi dalam
pembelajaran bertujuan:
1. Meningkatan
perhatian peserta didik terhadap materi standar relevan,
2. Memberikan
kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik, terhadap berbagai hal baru
dalam pemeblajaran;
3. Memupuk
perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran
4. Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuannya.
Variasi
dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokan menjadi empat bagian yakni variasi dalam gaya belajar
mengajar, variasi dalam penggunaaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola
interaksi, dan variasi dalam kegiatan.
Variasi
dalam gaya mengajar dapat dilakukan dalam berbagai cara sebagai berikut:
§ Variasi
suara: rendah, tinggi, besra, kecil.
§ Memusatkan
perhatian.
§ Membuat
kesenyapan sejenak( diam sejenak)
§ Mengadakan
kontak pandang dnegan peserta didik
§ Variasi
gerakan badab dan mimik
§ Mengubah
posisi: misalnya dari depan kelasm berkeliling di tengah kelas, dan kebelakang
kelas, tetapi jangan mengganggu suasana pembelajran.
Variasi
dalam penggunaaan media dan sumber belajar dapat dilakukan sebagai berikut:
§ Variasi
alat dan bahan yang dapat dilihat
§ Variasi
alat dan bahan yang dapat didengar
§ Variasi
alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
§ Variasi
penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Variasi
dalam pola interaksi dapat dialkukan sebagai berikut:
§ Variasi
dalam pengelompokan peserta didik:
klasikal, kelompok besarm kelompok kecil, perorangan,.
§ Variasi
tempat kegiaatan pemeblajaran: dikelas kelas dan di luar kelas.
§ Variasi
dalam pola pengaturan guru: Seorang guru dan tim.
§ Variais
dalam pengaturan hubungan guru dan peserta didik: langsung( tatap muka, dan
melalui media).
§ Variasi
dalam struktur peristiwa pembelajaran: terbuka dna tertutup
§ Variasi
dalam pengorganisasian pesan: deduktif dan induktif
·
Variasi dalam pengolahan pesan:
ekspositori dan heuristik atau hipotetik.
Variasi
dalam kegiatan pemebelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:
§ Variasi
dalam penggunaan metode pembelajaran
§ Variasi
dalam penggunaan media dan sumber belajar
§ Variais
dalam pemberian contoh dan ilustrasi
§ Variasi
dalam interaksi
4. Menjelaskan
Menjelaskan
adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan
data sesuai dnegan wkatu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan
suatu aspek penting yang harus dimiliki guru mengingat sebagian besar
pembelajaran menunut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu
keterampilan menejlaskan perlu ditingkatan agar dapat mencapai hasil yang
optimal.
Terdapat
beberapa prinsip yang harus dieprhatikan dalam memberikan suatu penjelasan:
§ Penjelasan
dapat diberikan selama pembelajran, baik di awal, tengah, maupun di akhir
pembelajarn.
§ Penjelasan
harus dapat menarik perhatian peserta didik dan sesuai materi, standar dan
kompetensi dasar.
§ Penjelasan
dapat diberikan unutk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelasan materi
standar yang sudah direncanakan untuk membentuk komtensi dasar dan mencapai
tujuan pembelajaran.
§ Materi
yang dijelaskan harus sesuai dnegna kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta
didik.
§ Penjelasan
yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta
didik
Penggunaan
penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus
diperhatikan . Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Guru perlu membuat
suatu perencanaan yang baik untuk memberikan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang akan
disampaikan dan peserat didik.
Yang berhubungan dengan isi pesan( materi
standar):
§ Tentukan
garis besar materi yang akan dijelaskan
§ Susunanlah
garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang mudah
diapahami peserta didik
§ Siapakah
alat peraga unutk memberikan contoh(ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi
yang akan dijelaskan.
Yang
berhubungan dengan peserta didik:
Memberikan
suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang akan menerima penjelasan
tersebut, bagaimana kemampuannya, dan penegtahuan dasar apa yang telah
dimilikinya. Ketika merencanakan penjelasan harus suadah terbayang kondisi
perima pesan, karena penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin,
kemmapuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.
2. Penyajian
Agar penjelasan yang
diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diaharapkan, dalam
penyajiannya perlu dieprhatikan hal-hal sebagai berikut:
§ Bahasa
yang diucapkan harus jelas dan enak di dengar, tidak terlalu keras dan tidak
terlalu pelan,tapi dapat di dnegar oleh seluruh peserta didik.
§ Gunakanlah
intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan.
§ Gunakalah
bahasa indonesi yang baik dan benar, serat dihindarrkan serta hindarkan
kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu”,
“mm” , “ya ya ya”, “ya toh”( hal ini perlu dilatih dan dibiasakan).
§ Bila
ada istilah-istilah khusus atau baru,
berikanlah definisi yang tepat.
§ Perhatikanlah,
apakah peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang
diberikan dapat dipahami serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi
belajar mereka.
Selain hal-hal diatas,
terdapat dua pola yang memiliki efektivitas dalam menghubungkan contoh dan
dalil yaitu:
§ Pola
induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan
umum atau dalil (rumus)
§ Pola
deduktif, yaitu hukum, rumus atau generalissi dikemukakan terlebih dahulu,
kemudian diberikan contoh-contoh secara rinci untuk memperjelas hukum, rumus,
atau generalisasi yang telah dikemukakan.
Pola yang digunakan
bergantung pada materi pembelajaran, kemamapuan, usia, dan latar belakang
kemampuan peserta didik tentang pembelajaran tersebut. Dalam penggunaan dalil
dan contoh ini, ada kata-kata khusus yang biasa digunakan sebagai kata-kata
penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus. Untuk mengkaitkan ide utama dan yang
kurang penting digunakan kata-kata: jika....maka, walaupun begitu, sehingga,
sementara itu, dalam pada itu, juga, karena, sebab, dan sebagainya. Untuk
menghubungkan ide-ide yang sama pentingnya, digunakan kata-kata, seperti
sementara itu, dalam pada itu, juga, selanjutnya, hanya, oleh karena itu, jadi,
atau akibatnya. Dengan istilah-istilah tersebut, guru tidak hanya memperjelas
penyajian, tetapi sekaligus menekankan keterkaitan atau menunjukan hubungan.
Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa dalam memberikan penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa
sesuai dengan materi yang dijelaskan. Dalam pada itu perlu ada variasi dalam
memberikan tekanan, perlu pula membuat struktur sajian, yaitu memberikan
informasi yang memberikan arah atau tujuan utama sajian. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
§ Memberikan
ikhtisar dan pengulangan
§ Menguraikan
atau mengatakan dengan kalimat lain tentang jawaban yang diberikan peserta
didik
§ Memberikan
tanda atau isyaarat lisan, seperti pertama, kedua, dan sebagainya.
Pada waktu memberikan
penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik,
apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenagkan,
atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Untuk kepentingan
tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan
dan berilah kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan balikan
tersebut, guru perlu menyesuaikan penyajian pembelajaran. Misalnya mengurangi
kecepatan bicara, menambah contoh atau ilustrasi, mengadakan pengulangan
terhadap hal-hal yang penting, dan mengadakan variasi dengan teknik-teknik yang
lain untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran.
5. Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka
dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk
memulai dan mengakhiripembelajaran. Agar kegiatan tersebut memberika sumbangan
yang berarti terhadap pencapaan tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara
profesional.
Membuka
dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan
pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran, antara lain dapat dikemukakan
sebagai yang berikut.
§ Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik. Hasil penelitian menujukkan bahwa “terdapat
perbedaan yang berarti antara tujuan pembelajaran yang diberitahukan kepada
peserta didik dengan yang tidak”. Oleh karena itu dalam membuka pelajaran
hendaknya guru memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang
akan disajikannya.
§ Peserta
didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang dikerjakan, langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk menyelasaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan
tugas.
§ Peserta
didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang akan diambil
dalam mempelajari materi pembelajaran dan mencapai tujuan yang dirumuskan.
§ Peserta
didik memahami hubungan antara bahan-bahan atau pengalaman yang telah
dimilikinya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
§ Peserta
didik dapat menghubungkan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip, atau
generalisasi dalam suatu peristiwa pembelajaran.
§ Peserta
didik mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap
bahan yang dipelajari sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau
keefektifan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Membuka
pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan
kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka
memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan di sajikan. Untuk
kepentingan tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai yang berikut.
§ Menghubungkan
materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.
§ Menyampaikan
tujuan yang akan di capai dan garis besar materi yang akan dipelajari ( dalam
hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama peserta didik ).
§ Menyampaikan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
§ Mendayagunakan
media dan sumber belajar yang sesuai denga materi yang disajikan.
§ Mengajukan
pertanyaan baik untuk mengetahui peserta didik terhadap pelajaran yang telah
lalu maupun untuk menjajahi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan
dipelajari.
Menutup
pelajran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui
encapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut,
guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai yang berikut.
§ Menarik
kesimpulan mengenai materi yang dipelajari ( kesimpulan bisa dilakukan oleh
guru, oleh peserta didik atas permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama guru).
§ Mengajukan
beberapa pertanyaan untuk mengukur tinngkat pencapaian tujuan dan keefektifan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
§ Menyampaikan
bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari, dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan ( baik tugas individual maupun tugas kelompok ) sesuai dengan pokok
bahasan yang telah dipelajari.
§ Memberikan
post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
Agar
kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan
berhasil guna perlu dierhatikan
komponen-komponen yang terkait didalamnya. Komponen-kompponen yang berkaitan
dengan membuka pelajaran meliputi: menark minat peserta didik, membangkit motivasi,
memberi acuan, dan membuat kaitan.
1. Menarik
perhatian peserta didik
Banyak cara yang dapat
dilakukan guru untuk menarik perhatian peserta didik terhadap pelajaran yang
akan disajkan. Antara lain dapat dilakukan melalui gaya mengajar uru,
menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi, dan mengguanakan pola
interaksi belajar-mengajar yang bervariasi. Ketiga hal tersebut akan dibahas
lebih lanjut dalam pembahasan tentang kemampun mengadakan variasi.
2. Membangkitkan
motivasi
Paling sedikit terhadap
empat cara yang dapat dilakukan guru untuk membngkitkan motivasi belajar
peserta didik, yaitu : kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin
tahu. Mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat belajar
peserta didik.
a. Kehangatan
dan semangat
Guru hendaknya memiliki
sikap yang ramah, penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta
didik. Sikap demikian akan membangkitkan mtivasi belajar, rasa senang, dan
semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan kepadanya.
b. Membangkitkan
rasa ingin tahu
Untuk membangkitkan
rasa ingin tahu dalam diri setiap peserta didik, guru dapat melakukan berbagai
kegiatan, antara lain bercerita, yanng menimbulkan rasa penasaran dan
pertanyaan (misalnya bercerita tentang keingin rakyat aceh untuk referendum),
mendemonstrasikan suatu peristiwa (misalnya menaruh sepirtus diatas asbak dan
menaruh air, serta menyalakan api diatasnya). Kemudian memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengajukan peserta didik berbagai pertanyaan
berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. Kegiatan
semacam ini akan sangat efektif untuk membangkitkan motivasi belajar peserta
didik.
c. Mengemukakan
ide yang bertentangan
Ide yang bertentangan
dapat dikemukakan guru sekolah dasar pada semua tingkat kelas. Ide dan
pertanyaan yang dikemukakan perlu disesuaikan dengan tingkat kelas. Misalnya di
kelas III atau di kelas I guru mengemukakan tentang “keluarga kecil keluarga
bahagia”, kemudian mengajukan pertanyaan: “mengapa masih banyak orang yang tidak
mau mengikuti program keluarga berencana (KB)?”
d. Memperhatikan
minat belajar peserta didik
Agar proses
pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, maka apa yang disajikan
harus sesuai dengan minat peserta didik. Karena setiap peserta didik memiliki
perbedaan individual, sulit bagi guru untuk memperhatikan minat setiap peserta
didiknya, karena setiap peserta didik akan memiliki minat yang berbeda dengan
peserta didik lainnya. Namun demikian ada minat-minat umum yang dapat
diperhatikan guru sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya (seperti
usia, jenis kelamin, lingkungan, adat, budaya dan status sosial ekonomi
masyarakat pada umumnya). Agar guru dapat mengajar dengan memperhatikan minat
belajar peserta didik, maka perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Misalnya, mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di lingkungannya
atau adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya (indigenous
education).
3. Memberikan
acuan
Abimanyu dan Raka Joni
(1982) mengemukakan bahwa memberi acuan adalah usaha mengemukakan secara
spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan peserta didik
memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara
yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pembelajaran.
Lebih lanjut
dikemukakan bahwa untuk memberikan acuan dapat dilakukan dengan mengemukakan
tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
mengingatkan masalah-masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
a. Mengemukakan
tujuan dan batas-batas tugas
Sebagaimana
dikemukakan, untuk memulai pelajaran guru hendaknya mengemukakan tujuan
pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta didik, agar
mereka memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari
dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
b. Menyarankan
langkah-langkah yang akan dilakukan
Pada awal pembelajaran
atau pada saat-saat tertentu selama pembelajaran, peserta didik akan terarah
cara belajarnya atau dalam mengerjakan tugas-tugas, jika guru senantiasa
memberikan saran-saran mengenai langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh terlebih dahulu, atau dengan
melakukan suatu demonstrasi.
c. Mengingatkan
masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya,
guru mengingatkan peserta didik untuk menemukan hal-hal yang positif dan
sifat-sifat mengenai suatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar dan
sebagainya. Selain hal-hal yang positif, peserta didik perlu pula diingatkan
untuk menemukan hal-hal yang negative, yang hilang atau yang kurang lengkap.
d. Mengajukan
pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan sebelum menjelaskan materi pembelajaran akan mengarahkan peserta
didik terhadap isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, sebelum dijelaskan
bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
membantu peserta didik memahami terjadinya penguapan.
4. Membuat
kaitan
Untuk membuat kaitan
dalam membuka pelajaran, guru dapat melakukannya dengan menghubungkan antara
materi yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik
(pengetahuan siap). Di samping itu perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat,
dan kebutuhan peserta didik.
§ Cara
yang dapat dilakukan guru antara lain:
§ Mengajukan
pertanyaan apersepsi
§ Mengulas
sepintas garis besar isi pelajaran yang telah lalu
§ Mengaitkan
materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik
§ Menghubung-hubungkan
bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan, misalnya itik, ayam, burung, dapat
dihubungkan satu sama lain untuk mengajarkan tentang unggas.
Menutup
pelajaran dilakukan pada akhir setiap pelajaran. Sebagimana halnya dengan
membuka pelajaran, menutup pelajaranpun perlu dilakukan secara professional,
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan.
Untuk kepentingan tersebut kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk menutup
pelajaran antara lain dengan meninjau kembali materi yang telah diajarkan,
mengadakan evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap bahan yang telah
diajarkan.
a. Meninjau
kembali
Meninjau kembali
pelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan dengan cara merangkum inti
pelajaran atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada tujuan yang telah
dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan pokok-pokok materi yang
telah disajikan. Kegiatan merangkum dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh
peserta didik di bawah bimbingan guru, oleh guru, atau oleh peserta didik
bersama guru.
b. Mengevaluasi
Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakukan dan untuk mengetahui
apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik
melalui pembelajaran. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan,
untuk memberikan penilaian terhadap peserta didik dan juga sebagai balikan
untuk memperbaiki program pembelajaran.
c. Tindak
lanjut
Tindak lanjut merupakan
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan.
kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada
diri peserta didik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Demikian uraian
mengenai keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dikuasai guru,
untuk meningkatkan kemampuan tersebut harus berlatih secara efektif dan
sistematis. Sebagai pengamat, guru dapat meminta bantuan teman sejawat atau
para peserta didik dengan diberi penjelasan dan pengertian seperlunya. Pada
akhir pembelajran guru dapat membuka forum diskusi dengan para pengamat, demi
kemajuan dan peningkatan kemampuannya, guru tidak usah malu-malu untuk mendapat
kritikan dari orang lain, termasuk dari para peserta didik. Pada awalnya
mungkin guru merasa canggung dan kaku, tetapi kalau sudah merupakan kebiasaan
akan menjadi sesuatu yang menyenangkan.
6. Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah
suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap
muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut, (1) memusatkan perhatian
peserta didik pada tujuan dan topic diskusi, (2) memperluas masalah atau urunan
pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan
partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6)
menutup diskusi.
Diskusi kelompok kecil
merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang sering digunakan.
Diskusi kelompok kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
§
Melibatkan sekitar 3 sampai 5 orang
peserta dalam setiap kelompok
§
Berlangsung secara informal, sehingga
setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan orang lain
§
Memiliki tujuan yang dicapai dengan
kerja sama antar anggota kelompok.
§ Berlangsung
secara sistematis
Melalui
diskusi kelompok kecil dalam pembelajaran, memungkinkan peserta didik:
§ Berbagi
informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah.
§ Meningkatkan
pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran
§ Meningkatkan
keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
§ Mengembangkan
kemampuan berfikir dan berkomunikasi
§ Membina
kerja sama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.
Untuk
menyukseskan jalannya diskusi kelompok kecil, terdapat beberapa keterampilan
yang harus dimiliki oleh pemimpin diskusi, sebagai berikut.
1. Memusatkan
perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara (a) merumuskan tujuan diskusi
secara jelas, (b) merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, (c)
manandai hal-hal yang tidak relevan dengan topik diskusi, (d) merangkum hasil
pembicaraan.
2. Memperjelas
masalah atau urunan pendapat melalui (a) menguraikan kembali dan merangkum
pendapat peserta, (b) mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok
tentang pendapat setiap anggota
3. Menguraikan
setiap gagasan anggota kelompok
4. Meningkatkan
urunan peserta didik dengan cara: (a) mengajukan pertanyaan kunci yang
menantaang, (b) memberi contoh secara tepat, (c) menghanyatkan suasana dengan
pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat, (d) memberikan waktu berfikir,
(e) mendengarkan dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, melalui (a) memancing pendapat peserta yang kurang
berpartisipasi, (b) memberikan kesempatan pertama kepada peserta yang kurang
berpartisipasi, (c) mencegah terjadinya monopoli pembicaraa, (d) mendorong
peserta didik untuk mengomentari pendapat temannya, (e) meminta pendapat
peserta didik ketika terjadi kebuntuan
6. Menutup
kegiatan diskusi, dengan cara: (a) merangkum hasil diskusi, (b) tindak lanjut,
(c) menilai proses diskusi yang telah dilakukan.
Beberapa
hal yang perlu dipersiapkan guru, agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan
secara evektif dalam pembelajaran adalah (a) topik yang sesuai, (b) pembentukan
kelompok secara tepat, (c) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua
peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif.
7. Mengelola Kelas
Pengelolaan
kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelolaan kelas adalah (1) kehanyatan
dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada
hal-hal positif dan (6) penanaman disiplin diri.
Keterampilan
mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut.
1. Penciptaan
dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal
a. Menunjukkan
sikap tanggap dengan cara: memandang secara saksama, mendekati, memberikan
pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas
b. Membagi
perhatian secara visual dan verbal
c. Memusatkan
perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.
d. Memberi
petunjuk yang jelas
e. Memberi
teguran secara bijaksana
f. Memberi
penguatan ketika diperlukan
2. Keterampilan
yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
a. Modifikasi
prilaku
§ Mengajarkan
prilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
§ Meningkatkan
prilaku yang baik melalui penguatan
§ Mengurangi
prilaku buruk dengan hukuman
b. Pengelolaan
kelompok dengn cara (1) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, (2) menangani
konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
c. Menemukan
dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
§ Pengabaian
yang direncanakan.
§ Campur
tangan dengan isyarat
§ Mengawasi
secara ketat
§ Mengakui
perasaan negatif peserta didik
§ Mendorong
peserta didik untuk mengungkapkan perasaanya.
§ Menjauhkan
benda-benda yang dapat menggangu konsentrasi.
§ Menyusun
kembali program belajar.
§ Menghilangkan
ketengan dengan humor.
§ Mengekang
secara fisik.
8. Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengajaran
kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan
menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun
antara peserta didik dengan peserta didik lainya.
Keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan,
§ Mengembangkan
keterampilan dalam perorganisasian, dengan memberikan motifasi dan membuat
variasi dalam memberikan tugas.
§ Membimbing
dan memudahkan belajar, yang mencangkup penguatan, proses awal, supervisi, dan
interaksi pembelajaran.
§ Perencanaan
penggunaan ruangan
§ Pemberian
tugas yang jelas, menantang, dan menarik
Khusus
dalam melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan
kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan
diterima oleh peserta didik.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menciptakan pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan, di antaranya
keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar
merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari
berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973)
mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan
kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing
diskusi kelompok kecil, megelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan
perorangan.
B. Saran
Dari
materi diatas diharap pembaca terutama guru mengganti cara pembelajaran yang
membosankan menjadi pembelajaran yang
menyenangkan dan kreatif. Agar siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk
terus belajar.
DAFTAR PUSTAKA
E Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Muh
Yusri. (19 November 2011). Guru Profesional dalam Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. http://yusrikeren85.blogspot.co.id/2011/11/guru-profesionalisme-dalam-menciptakan.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar